DAFTAR ISI
I
A
B
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
|
COVER…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...
PENDAHULUAN………………………………………………………………
Latar Belakang………………………………………………………………..
Tujuan…………………………………………………………………………
NAMA PROGRAM…………………………………………………………….
SASARAN POGRAM…………………………………………………………
PESERTA………………………………………………………………………
JADWAL PROGRAM DAN
LOKASI………………………………………..
PENYELENGGARA
PROGRAM PELATIHAN…………………………....
PENGELOLA
PROGRAM……………………………………………………
METODA PELATIHAN………………………………………………………..
KURIKULUM PELATIHAN…………………………………………………..
PROSPEK PELATIHAN…………………………………………………..
TOLOK UKUR
KEBERHASILAN …………………………………………
PEMANTAUAN DAN
PENILAIAN PROGRAM…………………………..
RENCANA DAN TINGAK
LANJUT PROGRAM…………………………..
ALOKASI PEMBIAYAAN
PROGRAM ……………………………………...
PENUTUP
…………………………………………………………
|
I
Ii
1
1
6
6
7
7
8
8
9
10
10
10
11
12
13
14
15
|
LAMPIRAN
- LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meningkatnya volume sampah di Jakarta telah menimbulkan
masalah yang kompleks, terutama dalam pengelolaannya. Untuk itu dibutuhkan
strategy yang efektif untuk mereduksi volume sampah dari sumbernya, terutama
sampah domistik dimana sampah rumah tangga berperan penting untuk didaur ulang
menjadi barang yang bernilai tambah. Sehingga dibutuhkan sebuah metode
pelatihan yang mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut.
Pada dasarnya sampah merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses aktivitas manisia dalam kehidupan
sehari-hari.. Sampah buatan manusia itu sebenarnya merupakan potensi besar jika
dikelola dengan baik. Banyak cara agar produk sampah menjadikan produk unggulan
yang bermanfaat terutama menjadi dasar sumber penggasilan masyarakat pinggiran..
Berdasarkan sifatnya sampah
terbagi atas dua, yaitu :
1. Sampah organik yaitu sampah yang dapat diurai (degradable)
2. Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak terurai (undegradable)
2. Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak terurai (undegradable)
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap
sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih
bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.Sampah organik adalah
sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan
yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos
merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar
sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian
besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri
dari sampah organik dan sisanya anorganik.
Dampak sampah organik terhadap Kesehatan dapat menimbulkan
:
•
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan
cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak
tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever)
dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
•
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya
jamur kulit).
•
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
•
Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di
Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah
terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke
laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
Dampak
terhadap Lingkungan :
•
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam
drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis.
•
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air
akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak
•
Pengelolaan sampah organic adalah
prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.Prinsip-prinsip
ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
•
Mengurangi (reduce) : Sebisa mungkin
meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita
menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
•
Menggunakan kembali (reuse) : Sebisa mungkin
pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang sekali pakai, buang
•
Mendaur ulang (recycle) : Sebisa
mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
•
Mengganti (replace): Teliti barang yang
kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama.
Adapun pengertian Kompos
adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat
secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Adapun
sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai
secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan waktu yang sangat lama.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan
minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat
di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
Contoh sampah dari sampah anorganik
adalah: potongan-potongan / pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan,
pecahan-pecahan gelas, tulang-belulang, kaleng bekas, botol bekas, bahkan
kertas, dan lain-lain.
Sampah
jenis ini, melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah rendah atau
dapat pula untuk memperluas jalan setapak. Tetapi bila rajin mengusahakannya
sampah dari logam dapat kembali dilebur untuk dijadikan barang yang berguna,
batu-batuan untuk mengurug tanah yang rendah atau memperkeras jalan setapak,
pecahan gelas dapat dilebur kembali dan dijadikan barang-barang berguna, dan
tulang-belulang bila dihaluskan (dan diproses) akan menjadi pupuk organik. Sampah jenis ini pada dasarnya
dapat didaur ulang.
Pengertian daur ulang adalah proses
untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah
adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna,
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai.
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai
proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa
didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara
garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran,
pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Pada pemahaman
yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip dengan
barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit
dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan
yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi
produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material
berharga dari sampah,
Dengan demikian bahwa sampah
domistik maupun sampah industry dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat.sampah organic jenis basah seperti sisa sayuran dapur, kulit
buah-buahan, daun-daunan setelah proses composting menjadi kompos yang berguna
sebagai pupukorganik. Juga sampah
unorganik seperti kerta, pelastik, kaleng,kaca,dll dapat menjadi barang-barang
seperti tas, mainan, kota souvenir.
B.
Tujuan Pogram
a.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan
pelatihan ini adalah diharapkan para peserta mampu membuat kompos dari sampah
organik dan daur ulang sampah anorganik menjadi barang barang yang mempunyai
nilai tambah tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta
membuka bebagai jaringan disektor
lapangan kerja baru.
b.
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus
dari pelatihan ini adalah :
1)
Para peserta mampu memahami cara-cara
pembuatan kompos berbahan sampah organik dan daur ulang sampah anorganik,
sampah plastik, kertas, kain, kaleng, botol dan bahan-bahan logam lainnya.
2)
Para peserta dapat membuka lapangan keja baru
ditempatnya masing-masing.
3)
Para peserta memiliki wawasan dalam mengelola
usaha secara spesifik diberbagai bidang daur sampah sesuian keinginan dan
kreativitasnya, misal mengkhususkan baranng suvernir, tas, boneka, dll
4)
Mendorong terbentuknya kelompok-kelompok
usaha secara bersama seperti terbentuknya koperasi atau bank sampah sebagai
pusat penampungan, penjualan dan simpan pinjam.
II. NAMA PROGRAM
Program ini dinamakan
“Pelatihan Pembuatan Kompos dan Daur
Ulang Sampah”
III. SASARAN PROGRAM
Sasaran program pelatihan
adalah pesertanya dari berbagai tingkatan usia, jbaik laki atau perempuan,
rincinya sbb :
No
|
Sasaran Umum
|
Usia
|
Lokasi
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
|
Pemuda/pemudi
yang belum mempunyai pekerjaan tetap tetapi memiliki minat terhadap pembuatan
kompos dan dan daur ulang sampah
Pelajar
yang putus sekolah atau mahasiswa yang berkeinginan mempunyai penghasilan
secara mandiri untuk meneruskan studynya
Karyawan/karyawati
yang di PHK yang ingin membuka lapangan baru untuk lebih meningkatkan
pendapatan untuk keluarganya
Ibu
rumah tangga atau para pensiunan yang berkeinginan aktif sebagai upaya
mencari kesibukandisamping mencari tambahan pendapatan.
|
18 – 60 tahun
|
Jakarta
|
50
orang
|
IV. PESERTA
Peserta pelatihan ini
berasal dari berbagai unsur lapisan masyarakat dengan beberapa kriteria :
a. Mau
berperan aktif setelah mengikuti pelatihan. Dan siap untuk dapat membuka usaha
secara mandiri yang dibuktikan dengan surat pernyataan
b. Bersedia
mengikuti kegiatan pelatihan mulai dari awal acara sampai akhir acara. Dan
peserta juga diharuskan membuat surat pernyataan.
c. Peserta
yang berusia 18- 60 tahun yang dibuktikan dengan KTP yang berlaku.
d. Lebih
diutamakan bagi mereka yang memiliki latar belakang ekonomi keluarga tidak
mampu.
V.
JADWAL
PROGRAM DAN LOKASI
1. Jadwal Program
no
|
Kegiatan
|
|
|
hari
|
|
Penanggung jawab
|
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
Persiapan
kegiatan
|
|
|
|
|
|
a
|
seleksi
peserta
|
|
|
|
|
Panitia
penyelenggara
|
b
|
Penentuan
tempat pelatihan
|
|
|
|
|
|
c.
|
Persiapan
materi /tutor
|
|
|
|
|
|
2
|
Kontrak
latihan
|
|
|
|
|
Panitia
penyelenggara
|
3.
|
Pelatihan
|
|
|
|
|
|
a
|
teoritis
|
|
|
|
|
Instruktur/teknis
|
b
|
peraktek
|
|
|
|
|
Instruktur/teknis
|
4
|
Pengarahan
usaha/usaha
Pengorganisasian
kelompok
|
|
|
|
|
Panitia
penyelenggara
|
5
|
Pembukaan
usaha
|
|
|
|
|
Panitia
penyelenggara
|
2.
Lokasi
program pelatihan
Lokasi program pelatihan akan dilaksanakan di
Gedung…………………………….. …… …………………………yang cukup representative yang mudah dicapai
bagi semua peserta pelatihan.
VI. PENYELENGGARA PROGRAM PELATIHAN
1. Penanggung
jawab :
Penyelengggara program pelatihan adalah Lembaga …………………………….
Yang telah berpengalaman dalam menyelenggarakan berbagai program pelatihan yang
berbasis kemasyarakatan atau kelompok kemasyarakatan khususnya pelatihan
pembuatan kompos dan daur ulang sampah. Dalam penyelenggaraan program ini
institusi ini akan membentuk tim panitia yang berdedikasi tinggi, Penanggung
jawab penyelenggaraan acara ini adalah ketua Lembaga ………..yang terdiri dari
ketua panitia penyelengara, sekretaris dan
Bendahara.serta ditunjang beberapa orang seksi/departemendan fasilitator
yang handal dan pelatih yang berkualifikasi dibidangsampah, daur
ulang/kerajinan/ketrampilan dan pengorganisasian sampah.
2. Tugas
:
a.
Menyusun kerangka keja, tempat pelatihan
dan jadwal pelatihan
b.
Menyusun kepanitian pelatihan
c.
Menetapkan fasilitatator, pelatih/motivator
d.
Bersama fasilitator.pelatih.motivator
menyiapkan materi, media, peraga dan sarana yang akan digunakan baik dalam
penyajian materi pelatihan maupun dalam dibentuk praktek.
e.
Memantau dan mengevaluasi proses kegiatan
pelatihan sejak awal sampai akhir sehingga diharapkankan hasilnya optimal
f.
Melakukan
pendampingan pasca pelatihan
VII. PENGELOLA PROGRAM
Pengelola program pelatihan ini adalah Tim kerja /
panitia yang memiliki kemampuan yang handal dibidangnya. Tim kerja / panitia
sesuai jabatannya mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
No
|
Nama
|
Jabatan dalam Tim
|
Tugas Pokok
|
1
|
|
Ketua
Penyelenggara
|
a.
mengkoodinir seluruh aktivitas pelatihan
|
|
|
|
a.
Membuat laporan evaluasi pelatihan
|
|
|
|
b.
Mengkoodinir pelaksanaan monitoring
|
2
|
|
Sekretaris
|
a.
Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
|
|
|
|
b.
Mewakili ketua dalam hal-hal tertentu
|
3
|
|
Bendahara
|
a.
Melakukan pengeluaran keuangan bagi kepentingan
pelatihan
|
|
|
|
b.
Bertanggungjawab jawab pada pengelolaan keuangan
|
4
|
|
BP
Diklat
|
Mengkoordinasi
pelaksanaan pelatihan khususnya masalah materi
|
5
|
|
Pengadaan
bahan /alat
|
Mempersiapkan
alat/bahan yang dipelukan selama pelatihan berlangsung
|
6
|
|
Fasilitator/pelatih
|
a.
Memberikan motivasi/ semangat kepada peserta untuk
meningkatkan potensi dan kemampuan peserta
b.
Menciptakan agar suasana pelatihan menarik dan
bersemangat
|
7
|
|
Penyaji/pelatih
|
Memberikan pembelajaran materi/peraktek
pembuatan kompos, daur ulang sampah dan pengorganisasian kelembagaan
|
VIII. METODE PELATIHAN
a. Metode
Metode pelatihan ini sangat penting, karena menyangkut
sifat, hakekat ataupun tujuan pelatihan. Artinya para peserta akan lebih mudah
mengerti dan mampu mengembangkan materi yang sudah dipelajari dengan antuasias.
Metode yang dimaksud adalah metode :
-
Metode Paedadogie
-
Metode Andragogie
-
metode partisipatori
b. Teknik
Adapun teknik pelatihan yang digunakan lebih menekankan
pada pola :
- ceramah dan tanya jawab
- simulasi
- Diskusi
- Resitasi
- braingstorming
- Role playing
-
Rancang bangun aksi
IX. KURIKULUM PELATIHAN
Program :
4 (empat) hari
Kelas/program :
Teori dan praktek
Mata pelajaran : Pembuatan kompos dan daur ulang sampah
Materi :
-
Pengenalan
kompos
-
Pengenalan
macam-macam daur ulang
-
Pengenalan
proses pembuatan kompos dan daur ulang
-
Praktikum
-
Praktek
dibimbing oleh teknisi
-
Diskusi
dan kolsultasi tanpa batas
X.
PROSPEK PELATIHAN
a.
Setelah
pelatihan ini selesai, berdasarkan pengalaman diprediksi adanya perubahan pada
kelompok-kelompok komunitas sector informal, seperti :
b.
Para
alumni peserta pelatihan mampu mengembangakan sector-sektor usaha yang
bercirikan trend daerah-daerah tertentu. Seperti usaha pembuatan pin,
kotak-lotak kado, mainan-mainan boneka, tas, paying, dll kadang-kadang usaha
seperti itu digunakan masyarakat sebagai souvenir pengantin, ulang tahun, atau
acara-acara perayaan sebagai tukar souver yang bercirikan daerah tertentu. Ini
sesuaikan kemampuan alumni pelatihan yang mampu menggali kreatifitas kerajinan
daerah.
c.
Berdasarkan
pengalaman bahwa setiap kegiatan peltihan ini umumnya 70 % pesertanya mampu
membuka usaha mandiri. Seperti membuka usaha tanaman hias dengan dukungan
kompos yang berkualitas tinggi. Membuka toko souvenir,dll
d.
Dampak
dari pertumbuhan usaha sector informal ini umumnya mereka para alumni membentuk
kelembagaan keuangan seperti koperasi, atau bank sampah sebagai pemasok bahan bekas atau untuk simpan pinjam.
XI. TOLOK UKUR KEBERHASILAN
Berdasarkan
kuesionir atau pengamatan menunjukkan bahwa indikator-indikator pada akhir
kegiatan cukup berhasil baik dalam ranah prosesnya atau keluarannya, seperti
dalam table dibawah ini :
Ranah
|
Indikator
|
Baseline
|
Mid
|
Final
|
Proses
|
1.
Rata-rata penguasaan materi
2.
Persentase penguasaan dan komponen-komponennya
3.
Persentase penguasaan alat dan kegunaannya
4.
Persentase tata cara pembuatan
5.
Praktek pembuatan
|
60 %
30 %
40 %
35 %
|
75 %
70 %
60 %
60%
|
100 %
100 %
100 %
100 %
|
Output
(keluaran)
|
1.
Pendirian kelompok usaha
2.
Pembukaan usaha secara mandiri
3.
Pembentukan kelembagaan keuangan atau kelembagaan
penunjang
|
0
0
0
|
15 %
10 %
5 %
|
40
%
75%
10
%
|
XII. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN PROGRAM
Pelatihan pembuatan kompos dan daur
ulang sampah merupakan usaha yang cukup
menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpenghasilan
rendah. Usaha ini tentu akan lebih berkembang jika mendapat dukungan pemerintah
khususnya padadinas perdagangan, dinas koperasi atau dinas-dinas yang dapat
membangun infrastrukur.
lain yang tepat sehingga akan lebih
berkembang lagi. Juga pengembangan SDM-nya yang terus menerus secara efisien
dan efektif. Juga melalui kegiatan lain seperti pemberdayaan masyarakat diberbagai bidang ketrampilan yang dapat menunjang sector ini. Oleh karena pemantauan
dan penilaian ini perlu dilakukan secara terus menerus dan berjenjang baik
dilakukan oleh pemerinta lokal maupun oleh kelompok masyarakat yang peduli.
Dalam hal pemantauan dan evaluasi
terhadap proses, hasil dan dampak program pelatihan ini menggunakan dengan system
pendekatan “kerangka Kerja Logis” (logical framework) yang sudah biasa
digunakan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu program
pelatihan yaitu terdiri dari bebebrapa unsur :
a. Sasaran
hasil (objectives) suatu keadaan
tertentu yang diinginkan /dicapai setelah dilaksankan suatu kegiatan
b. Indicator,
beberapa petunjuk tertentu yang akan meyakinkan anda apakah sasaran hasil sudah
atau belum dicapai
c. Pengujian(verification) cara untuk memperoleh
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut memang ada atau
tidak,
Penjabarannya dapat dilihat dibawah ini,
KEGIATAN
|
SASARAN AKHIR
|
INDIKATOR
|
VERIFIKASI
|
Pembentukan pokja program
|
a. Siapnya sarana dan prasarana yang
diperlu-kan
b. Terbentuknya tim monitoring dan
peman-tauan keberhasilan
c. Terumuskannya metodologi dan
strategi pelaksanaan program
|
Telah
terbentuknya Tim kerjaprogram
|
Surat Keputusan dari Lembaga/ institusi
|
Sosialisai tentang
pelatihanpembuatan kompos dan daur u;ang sampah
|
a.
Masy.
Paham dan tahu terhadap program
b. Masy memberikan dukungan secara
penuh
|
a.
Dilakukannya
kunjungan oleh tim pokja
b.
Masyarakat
mau bergabung dengan tim program
|
1.
Liputan
media
2.
Dokumentasi
rapat tim
|
Pelaksanaan pelatihan ketrampilan
pembuatan kompos dan daur ulang sampah
|
a.
Tercipnya
pemahaman terhadap beberapa komponen-komponen
b. Menghasilkan pengrajin kompos dan
barang-barang kerajinan hasil daur ulang sampah
c.
Mamou
mencipkan tenaga pengrajin kompos dan berang-barang kerajinan daur ulang
serta memahami secara menyeluruh
|
a.
Output
trainer tenaga teknisi sebanyak kurang
10 orang dari pemerintah kota
|
a.
Dokumentasi
kegiatan
b.
Laporan
Tim kerja program
|
sertifikasi
|
Para peserta memiliki sertifikat
pelatihan pembuatan kompos dan daur ulang sampah sebagai tanda sudah memiliki
keahlian sebagai tenaga pengrajin kompos dan daur ulang sampah yang ditanda
tangan oleh lembaga penyelenggara dan pihak-pihak terkait/ sponsor
|
Sertifikat dijadikan
sebagai persyaratan untuk melakukan pekerjaan dibidangnya
|
a.
Survey
lapangan
b.
Dokumentasi
lembanga penyelengga-ra
|
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
|
Didapatkannya data tingkat keberhasilan program
dimasyarakat
|
Adanya
laporan dari tim kerja kelompok
|
a.
Survey
b. Foto kegiatan
c.
Laporan
pokja
|
XIII. RENCANA TINDAK LANJUT PROGRAM
Rencana tindak lanjut pelatihan
merupakan proses yang sangat penting. Oleh karena itu pada pelatihan ini
diperlukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Pengukuhan
tim tindak lanjut
penyelenggaraan program untuk menetapkan
surat keputusan Tim pendamping dan monitoring pasca pelatihan berdasarkan
usulan dari peserta
b. Pendayagunaan
Pendampingan pasca pelatihan agar
mengikuti prosedur dalam melaksanakan pendampingan yaitu sebagai berikut :
1) Melakukan
aktivitas pendampingan dengan berinteraksi baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada warga aluni pelatihan secara kontinyu berdasarkan tujuan yang
pernah diikuti
2) Mendorong
peserta membentuk jaringan komunitas kerja berdasarkan agenda yang telah
disepakati berkaitan dengan pengembangan yang diharapkan
3) Mendorong
dan membimbing peserta untuk melakukan mobilitas aksi dalam masyarakat sehingga
mereka mampu bersinergi dengan masyarakat baik secara personal maupun secara
kelembagaan
c. Aktivitas
pendampingan
Kegiatan pendampingan
dilakukan dengan beberapa cara :
1) Temu/rembug
warga untuk memberkan berbagai informasi dan advis sebaimana dalam rancang
bangun aksi yang telah disepati
2) Kursus
secara periodic dengan tema-tema sebagaimana tema yang telah diajukan dan
ditentukan oleh kelompok dalam rangka mengembangkan wawasan kemampuan
sebagaimana tujuan dan target yang akan dicapai dalam usahanya.
d. Pola
Usaha Tindak Lanjut
Adapun pola usaha tindak
lanjut yang akan dilakukan adalah pembelian beberapa alat dan bahan untuk bantuan
yang akan dikelola oleh para alumni pelatihan dalam rangka membangun
usahamandiri/ kelompok. Bantuan ini akan dibagi ke dalam beberapa kelompok
usaha produk. Diharapkan peralatan dan bahan tersebut dapat berkembang sehingga kelompok lain atau kelompok baru
dapat juga menular dan berkembang.
XIV.
ALOKASI
PEMBIAYAAN PELATIHAN
Alokasi pembiayaan pelatihan dilagi atas 3 (tiga) bagian,
yaitu :
1.
Pembiayaan untuk administrasi/dokumentasi
pelaporan pelatihan dialokasikan sebesar 15 % dari biaya total
2.
Pembiayaan pelatihan/training dialokasikan
sebesar 70%
3.
Bantuan stimulant peralatan dan bahan sebagai
bantuan stimulan untuk usaha rintisan
dialokasikan sebesar 15 %
Rincian alokasinya sbagai
berikut :
Estimasi perkiraan anggaran
pelatihan pembuatan kompos dan daur ulang sampah
NO
|
URAIAN
|
VOLUME
|
FREKUENSI
|
HARGA
(Rp)
|
SUB TOTAL
(Rp)
|
|
1
|
PERSIAPAN
|
|
|
|
|
|
a
|
Kunjungan
ke lokasi
|
5
|
1
|
300.000,-
|
1.500.000,-
|
|
b
|
Pertemuan/rembug dengan pengelola
|
1
|
2
|
250.000,-
|
500.000,-
|
|
c
|
Pembuatan/
dan penggandaan proposal
|
1
|
1
|
500.000,-
|
500.000,-
|
|
SUB
TOTAL
|
2.500.000,-
|
|||||
2
|
PELAKSANAAN
PELATIHAN
|
|
|
|
|
|
|
Administrasi, pelaporan, foto
dokumentasi dan kesekretariatan
|
1
|
1
|
1.500.000,-
|
1.500.000,-
|
|
|
sewa gedung/kelas
termasuk furniture + infocus+computer
|
1
|
2
|
5.000.000,-
|
5.000.000,-
|
|
|
Honorarium Ketua
|
1
|
1
|
2.000.000,-
|
2.000.000,-
|
|
|
Honorarium
Sekretaris
|
1
|
1
|
1.500.000,-
|
1.500.000,-
|
|
|
Honorarium
Bendahara
|
1
|
1
|
1.000.000,-
|
1.000.000,-
|
|
|
Honorarium
anggota Tim
|
5
|
1
|
500.000,-
|
2.500.000,-
|
|
|
SUB
TOTAL
|
13.500.000,-
|
||||
3
|
INTRUMEN PELATIHAN
|
|
|
|
|
|
|
Pembelian peralatan dan Bahan untuk
peserta
|
50
|
2
|
25.000,-
|
2.500.000,-
|
|
4
|
BIAYA PELATIHAN
|
|
|
|
|
|
a
|
Honorarium
instruktur
|
2
|
3
|
500.000,-
|
3.000.000,-
|
|
b
|
Biaya
peraktikum/ peraga
|
2
|
2
|
50.000,-
|
200.000,-
|
|
c
|
Pembelian kostum
untuk peserta pelatihan
|
50
|
1
|
50.000,-
|
2.500.000,=
|
|
d
|
biaya makan/snack
|
60
|
2
|
15.000,-
|
1.800.000,-
|
|
|
SUB
TOTAL
|
7.500.000,-
|
||||
5
|
BIAYA
BANTUAN STIMULAN USAHA
|
5
|
5
|
800.000,-
|
4.000.000,-
|
|
Incian dan Jumlah anggaran :
1. Persiapan
………………………………………… Rp. 2.500.000,-
2. Pelaksanaan
Kegiataan………………………… Rp
13,500.000,-
3. Instrumen
Pelatihan…………………………….. Rp 2.500.000,-
4. Biaya
pelatihan………………………………….. Rp 7.500.000,-
5. Biaya
Bantuan stimulant Usaha……………… Rp
4.000.000,-
TOTAL Rp 30.000.000,-
Terbilang : Tiga puluh Juta Rupiah
XV.
PENUTUP
Peningkatan
kualitas kehidupan manusia yang bermatabat adalah suatu keharusan bagi setiap
insan, terutama bagi masyarakat . peningkatan kualitas hanya dapat melalui
pendidikan, pembelajaran, pembekalan ketrampilan, keahlian. Pendidikan tersebut
harus terus menerus baik melalui pendampingan atau belajar secara mandiri.
Disamping
pendidikan secara terus menerus juga yang tidak kalah penting adalah
diberikannya bantuan stimulant. Sehingga para peserta akan termotivasi,
bersemangat untuk memperakteknnya dan berinovasi untuk menciptakan
kreasi=kreasi baru.
Factor
saling ketergantungan melalui pembinaan kelembagaan, misalnya koperasi atau
bank sampah, sehingga diharapkan mereka mampu berkoporasi sesama anggota
kelompok usaha. Pola –pola seperti inimereka mampu mengendalikan pasar, tingkat
harga yang kompetitif.
Jakarta, Maret 2013
Lembaga ………………………….
Direktur
……………………………….